Tuesday, December 10, 2013

Firasat



Hari Selasa gue kemana ya? Entahlah lupa, lupa karna saking sibuknya? Not really.
Sementara nginget nginget keberadaan gue pada hari itu, gue mau ngebahas soal ikatan batin, firasat atau apapun itu yang  katanya terjadi antara anggota keluarga.

Temen kosan gue pernah cerita kalo dia lagi ngga enak badan, eh ternyata anggota keluarganya di rumah ada yg sakit. Cerita selanjutnya dari temen gue yang lain, dia bilang dia pengen pulang kampung ke rumahnya cepet2, dan ternyata anggota keluarganya ada yang sakit. Di sinetron-sinetron juga gitu, lagi santai-santai di kamar, tiba-tiba foto keluarganya jatuh atau yang lebih ngtrend tiba-tiba lagi cuci piring dan piringnya jatuh, ternyata keluarganya kecelakaan. Tapi temen gue pernah ngalamin, benda yang dipegangnya jatuh, terus mikir yang enggak-enggak tentang keluaranya dan syukurlah ngga ada apa-apa, yah dianya aja mungkin megangnya ngga hati-hati.hhaha

Macem-macem yah firasat yang dirasain setiap orang. Intinya sih gue mau nyeritain ortu gue yang abis kecelakaan Hari Selasa sore, kenapa di awal cerita gue nginget-nginget Hari Selasa kemana dan ngapain, itu maksudnya lagi nginget-nginget ada firasat yang nyampe ke gue ngga pas ortu kecelakaan, dan jawabannya gue masih ngga inget hari itu gue kemana dan ngga ada firasat sama sekali, ampuni anakmu ini.

Gue ada rencana pulang ke rumah hari Kamis tapi Hari Rabu pengen pulang cepet-cepet, bukan karena ada firasat tapi karena uang makan udah menipis. Rabu sore gue sms orang rumah kalo gue mau pulang ke rumah tapi nyokap bilang pulangnya Kamis pagi aja, soalnya kalo nyampe rumah malem, bokap ngga bisa jemput, sakit badan. Wah bokap sakit badan, ko bisa, yah gue sih mikirnya abis kerja bakti sama orang sekampung tapi eits ini hari kerja, mana ada kerja bakti di hari kerja, entahlah gue ngga nanya-nanya lebih lanjut. Keesokan harinya gue sms lagi kalo gue mau pulang, nyokap bilang, pulangnya naik kendaraan umum aja, ngga ada yang jemput, bokap masih sakit badan. Hmm ada yang ngga beres, biasanya bokap sakit badan paling ngga nyampe 2 hari. Ternyata baru deh nyokap cerita kalo mereka abis ketabrak pas pulang kerja, padahal kirain gue sakit badan biasa. Sayap kanan motor patah, step dan besinya patah, injekkan kaki pengemudi bengkok, coba bayangin kecepatan si penabrak. Nyokap bilang, untuk duduk nyamping karna pake rok, kalo duduk ngga nyamping, ada kemungkinan kaki patah dan diamputasi. Mereka mikir gimana kalo mereka sampe terpental dan kegiles mobil besar, anak-anaknya mau hidup kaya gimana nanti, hidup tanpa orang tua. Stop stop stop, gue ngga mau denger kemungkinan-kemungkinan buruk itu, yang penting selamat. makasih Tuhan, engkau melindungi mereka. Dan mereka bilang tadinya gue ngga bakal dikasih tau, cuman karena gue pulang, jadi mereka ngasih tau. Adik gue yang sama-sama lagi jauh dari rumah pun ngga dikasih tau. Disini nih, orang tua selalu nutupin sakitnya, ngga mau ngerepotin anaknya, tapi gue selaku jadi anak, belum bisa bales semua kebaikan mereka, selalu ngerepotin mereka. 

Kepulangan gue kali ini bener-bener kesempatan gua buat bales sedikit kebaikan mereka. Rumah gue ada yang beda, biasanya jarang ada yang manggil gue di rumah tapi kali ini ortu gue sering manggil-manggil minta tolong, mereka susah gerak kemana-mana, biasanya wangi pewangi ruangan aroma jeruk, beberapa hari ini bau obat dan minyak urut, biasanya di rumah berdua, kali ini orang hilir mudik masuk rumah gue, biasanya waktu santai lama, sekarang waktu santai sedikit, semua kerjaan ortu pindah tangan ke gue. Get well soon buat ortu tersayang, semoga bisa cepet pulih dan dateng ke wisudaan gue yang tinggal seminggu lagi.

Thursday, October 3, 2013

Masih Manusia

Manusia itu tidak sempurna.
Memiliki rasa pun tidak pernah sempurna.
Memiliki sifat pun tidak pernah sempurna.
Makin sadar atas kesempurnaan-Mu ya alloh.
Terkadang berdiam diri itu harus.
Merenungi sikap yang kian banyak salah.
Merenungi sikap yang kian banyak disalahkan.
Untuk para  penganut "orang lain selalu benar", hapus, tolong hapus.TEORI
Untuk para perasa, tenang salah itu wajar, tidak usah terlalu berlebihan.
Maaf untuk ketidaksempurnaan ini.

Wednesday, August 21, 2013

semut, ayam dan bebek.

apa yang ada di pikiran semut saat bertemu makhluk sejenisnya?
menyapa? bercanda? bergosip?
apa ada semut yang bersembunyi karena tidak mau bertemu rekan atau keluarganya?
ataukah mereka selalu ingin bertemu?
bertemu untuk berbicara seperlunya?
apakah mereka pintar basa-basi?
apa mereka ada yang saling suka satu sama lain?
atau hanya bisa bersembunyi dibalik perasaan mereka?
apakah mereka pernah merasa bosan dengan kehidupannya?
apa bedanya mereka dengan bebek?
bebek selalu terlihat hidup rukun bukan?
terlihat sama seperti semut?
digiring kesana selalu bersama
apakah bebek juga bosan seperti semut?
apa mereka pernah berpikir untuk hidup seperti ayam?
terkadang bertengkar? beradu satu sama lain? terkadang hidup akur?


Wednesday, June 12, 2013

Feeling and logic

Saat perasaan yang berbicara, inilah rasa sakit.
Saat logika yang berbicara, inilah hidup.
Datang dan pergi, siklus yang lumrah dialami.
Aku akan selalu bersama setiap kebaikannya.
Bukan pergi atas kesalahannya.

spf-emk

Monday, April 1, 2013

Androphobia part 1

Kebahagiaan itu saat bisa menyelipkan 2 jam di akhir minggu bersamanya, putriku. Adakah satuan waktu yang lebih sebentar dari 1 sekon. Semuanya terasa begitu cepat. Aku baru mengenal putriku saat usianya 2 tahun. Tidak kah sang waktu membiarkan waktu berjalan lebih lambat untukku supaya dapat menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan putriku. Usianya kini beranjak 4 tahun, hari ini genap 2 tahun aku mengenalnya. Bermain di taman setiap weekend adalah hal rutin yang tidak boleh dilewatkan. Melihatnya berlarian di taman dengan riang, menciumi bunga-bunga dengan wewangian yang khas, merupakan satu kerinduan yang tidak akan terobati bila tidak ada hari ini. Usia emas dengan sejuta pertanyaan terkadang membuatku takut. Banyak pertanyaan yang terkadang di luar dugaan, tapi untunglah dia masih belum melontarkan pertanyaan seputar ketidaklengkapan keluarga dan ketidakmiripan di antara kami. Kalimat-kalimat apa yang harus aku siapkan bila pertanyaan itu muncul. Ah, sudahlah, menikmati setiap detik kebersamaan itu yang lebih penting.
Putriku, ayo sini makan dulu bekalnya.
Iya bu.
Jangan lupa cuci tangan dulu, hahaha kami berbicara dengan kalimat senada dan sekata. Setiap minggu dalam 3 tahun ini sangat melekat di ingatan. Kami saling mengingat kata yang kami ucap.
Bu, aku ngga mau kembali ke asrama.
Lho, kenapa? teman-teman kamu nakal? Atau uang jajannya tidak cukup?
Bu, aku tinggal di asrama seperti ngga punya ibu. Kenapa kita ngga tinggal bareng-bareng aja.
Ibu juga pengennya gitu nak, tapi kan ibu harus kerja. Nanti kalo uang ibu sudah cukup, kita beli rumah buat tempat tinggal kita berdua.
Horeee...horeeee... Aku bisa tinggal selamanya sama ibu.
Bu, toko tuh selalu menjual apa yang kita butuh kan?
Iya, kamu butuh apa? Mau beli makanan? Tas atau sepatu? Bukannya barang-barang kamu masih bagus-bagus?
Bu, ada toko yang ngejual ayah ngga bu? 
Bu, ko ibu diem aja Bu..
Bu, nanti kalo kita sudah punya rumah, akan lebih lengkap lagi kalo kita punya ayah, Bu. Iya kan? Ibu tau toko yang jual ayah?
Ibu ngga tahu. Sudah jam 4 kita kembali ke asrama, nanti ibu asrama nunggu terlalu lama.

***

Ibu, pergi dulu, Filan. Jaga diri baik-baik ya.
Saya pergi dulu Bu Asrama. Tolong jaga Filan baik-baik.
Filan, salam sama ibu. Itu ibu mau pergi.
Ngga mau, ibu jahat sama Filan.
Dadah Filan, ibu pergi dulu.

***

Aku tahu ini akan terjadi, dia mulai menanyakan ketidalengkapan keluarga kami. Apa yang harus aku lakukan. Ini keegoisanku. Sejak memutuskan untuk tidak menikah, kenapa banyak yang tidak mengerti akan keputusan ini. Ditambah lagi dengan mengadopsi Filan, semua mulai menjauh dariku. Keluargaku yang sangat mendambakan keturunan dari pernikahanku, semua menjauh. Keputusanku untuk tidak pernah menikah dalam hidupku, keputusan untuk mempunyai anak tanpa menikah, itu menurut mereka salah besar. Aku menghentikan keturunan di generasi ini. Dan sekarang putriku ingin memiliki keluarga yang lengkap. Ahh, apa yang harus ku lakukan.
Entah mulai kapan aku mempunyai pikiran-pikiran seperti ini. 6 tahun yang lalu, aku masih duduk di tingkat dua bangku kuliah, aku masih memimpikkan menikah, kerja, punya rumah dan 2 orang anak. Rasanya ini bagian dari lengkapnya hidup. Namun, semuanya berbalik menyerang, mimpi indah itu menjadi sebuah ketakutan tersendiri. Apakah penyakit jenis ini ada di kamus kedokteran ataupun psikologi? kalaupun ada, tolong selamatkan aku, aku ingin sembuh. Ingin rasanya menyalahkan orang-orang yang pernah aku kenal sebagai akar dari ketakutan ini. Satu persatu, aku mengingatnya, orang-orang yang pernah ada dalam hidupku. Ya, aku masih mengingatnya. Sepertinya aku tahu.
     Mba, ini ada telepon dari asrama.
Oh iya, makasih, sambungkan ke sini ya.
Halo, Bu asrama, ada apa dengan Filan?
Bu, Filan pergi dari asrama.
Filan, putriku Filan. Kemana dia. Aku bergegas mencari putri kesayanganku. Aku menyusuri setiap jalanan kantor-asrama untuk mencari Filan. Kalau tidak salah, Filan pernah tau letak kantorku. Aku tahu dia anak yang cerdas, dia mudah mengingat suatu tempat. Aku menyusuri jalanan ini, barangkali Filan menuju ke kantorku dan berharap aku menemukannya di sepanjang jalan ini. Saat berlari dengan cemas aku berhenti di depan sebuah toko bertuliskan toko “Ayah”. Aku mendengar ada bapa setengah baya mengatakan anak gila anak gila. Entah kenapa, aku yakin putri kecilku ada di sekitar sini. Dan ternyata, anak gila itu putriku. Apapun yang bapa itu katakan aku tidak peduli, yang terpenting Filan sudah ada di pelukanku. Filan menangis ketakutan. Aku mencoba menenangkannya. Filan, putriku. Aku tidak mau kehilangan orang yang aku sayangi lagi.
Bu, jaga anakmu ini. Masa dia bilang aku jual ayahnya di sini.
Aku udah bilang ini tokok khusus perlengkapan ayah, bukan toko yang menjual ayah. Macam mana pula anak kau ini.
Iya pa, maaf, maaf.
Mendengar bapa dengan logat batak tadi, aku bergetar, takut. Pantas saja Filan ketakutan dengan suara bapa yang begitu lantang itu.
Sejak kejadian itu, aku tidak membiarkan Filan tinggal di asrama. Aku pindah ke luar kota dan membeli sebuah rumah kecil di  sana. Aku tinggal bersama Filan. Kejadian di toko Ayah itu membuat Filan tidak ingin lagi mengungkit kehadiran ayah yang sangat dia inginkan. Filan selalu pamer pada teman-teman di sekolah barunya, ibuku ya ibuku, ayahku ya ibuku. Dia selalu bilang ibuku wanita yang kuat. 
Sampai suatu saat nanti aku bisa menghilangkan perasaan ini, Filan bisa mengandeng tidak hanya dengan satu tangan, dia bisa menggandengkan sebelah tangannya pada sosok yang dia inginkan, ayah. Dan ketidaklengkapan kita tidak lagi akan menjadi pertanyaan. 
Tapi bagaimana menceritakan ketidakmiripan antara aku dan Filan?

Monday, March 4, 2013

Jendela


Aku bisa memandang lebih luas.
Lihat hamparan langit itu.
Luas.
Tatap satu titik yang kamu mau.
Mungkin pandangan kita menuju satu titik yang sama.
Akan ku tebak di mana titik pandangmu.
Bisa, aku bisa melihatnya.
Aku tahu letak titik pandangmu.
Aku coba tebak apa maksud pandanganmu.
Ada titik-titik terang dalam hamparan langit yang gelap, kerlap-kerlip, keramaian, gedung-gedung tinggi, dan dua jalan yang bermuara di 1 arah.
Ada keindahan yang terpatri di satu sisi, tapi tak nampak di sisi yang lain.
Ada goresan di satu sisi, tapi tak nampak di sisi yang lain.
Itu tafsiranku, benar tidak?
Tepat seperti apa yang aku pikirkan.
Aku di sini, di tempat yang amat jauh darimu.
Kamu di sana, di tempat yang amat jauh dariku.
Aku tidak takut seberapa jauh jarak antara kita.
Sekarang, cukup pikirkan jarak kita dengan-Nya.
Karena nanti, dekat itu akan menjadi milik kita.
 
Powered by Blogger.