Dia ngga pernah inget full
tentang masa kecilnya. Yang jelas masa lahir, kecil, remaja dan dewasaanya di
tempat-tempat berbeda, ceritanya sih gitu. Dia hidup dari nol bareng orang tuanya
di sebuah kota kecil. Bahagia, datar, dan damai, itu 3 kata yang nggambarin
kehidupannya. Yah, mungkin itu yang bikin remajanya hidup cukup datar dan cuek. Ngga
nyadar, sama sekali nga nyadar kalo sikap dia kaya gini namanya cuek. Aslinya dia selalu ngerasa takut salah, selalu banyak mikirin hal-hal lain berlebihan, banyak
menduga, dia penganut "orang lain selalu benar", korban pembunuhan karakter. Dia bertekad ngga mau jd orang
perasa, mungkin ini malah disebutnya cuek. Ternyata sikap ini jelas ngerugiin. Dia pernah dijauhin salah satu temen SMA nya. Karena aslinya dia itu si perasa
yang selalu takut salah, dia takut kalo ada salah ke orang. Dia nanya temennya, apa salah dia ke temennya itu. Sampe dia harus dicomblangin buat damai sama itu
orang. Tolong, geli segeli-gelinya, dia udah kaya orang pacaran yang lagi marahan, harus
ngomong empat mata buat baikan. Yah untungnya masalah selesai. Ini korban sikap dia yang kadang cuek tapi salah tempat. Itu kesalahan dia. Jangan pernah nyoba
jadi dia, anak yang kurang asupan energi positif. Dari situ, dia coba bersikap rame kaya temen-temen lainnya, tapi
seperlunya. Dia orangnya moodian, bisa rame serame-ramenya, diem
sediem-diemnya. Tahun ini dia berniat jadi duta anti flat, duta kasih sayang, duta anti cuek di rumahnya sendiri dengan program kerja yang tidak tertulis dan tidak bertanda tangan. TEORI
0 comments:
Post a Comment